“Dok lutut saya nyeri terus nih, katanya kan Osteoarthritis ya? tapi tiap gak minum obat nyerinya pasti muncul, apa iya saya harus minum obat terus dok?”
dr. Cendy, Sp.KFR
Osteoarthriris atau yang kerap disingkat OA merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago atau tulang rawan sendi. OA sering dikaitkan dengan peradangan sendi dan tulang akibat proses pengapuran tulang. OA dapat terjadi pada semua struktur sendi. Umumnya terjadi pada sendi-sendi besar penopang tubuh seperti sendi pada lutut, pinggul, pergelangan kaki namun paling sering bermanifestasi pada lutut. Penyebabnya belum diketahui pasti, namun diyakini terjadi akibat adanya kerusakan tulang rawan sendi oleh karena ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentukan tulang rawan pada sendi.
Usia diatas 50 tahun merupakan usia rentan terjadinya OA. Selain usia, faktor lain yang bisa menyebabkan OA antara lain obesitas. Pada orang yang menderita obesitas atau kegemukan, OA sering terjadi pada sendi lutut dan pergelangan sendi. Hal ini disebabkan karena sendi tersebut menopang berat badan yang berlebihan. Selain faktor resiko tersebut ada pula faktor resiko lainnya sebagai penyebab OA yaitu faktor genetik, menopause, osteoporosis, penggunaan sendi yang berlebihan, pekerjaan dan aktifitas fisik berulang, bentuk lutut yang tidak normal, penyakit lain seperti diabetes dan asam urat serta cedera atau trauma.Gejala yang paling sering dikeluhkan oleh penderita OA seperti ialah nyeri tegantung lokasi terjadinya OA, kaku pagi hari kurang dari 30 menit, pembesaran atau pembengkakan sendi bahkan sendi lutut dapat berbunyi krek krek (krepitasi).
OA dapat ditangani dengan terapi anti nyeri seperti paracetamol, obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen, naproxen sodium, atau etoricoxib, capsaicin krim hingga suntikan obat golongan kortikosteroid. Selain terapi pengobatan, pada kondisi OA yang bersifat menahun dan tidak membaik dengan pengobatan dapat dikombinasikan dengan terapi fisik. Penderita OA sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis rehabilitasi medik yang akan menentukan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien. Selain itu, rehabilitasi medik juga dapat mencegah kecacatan sekunder yang mungkin timbul karena penyakit sendi ini.
Program rehabilitasi medik pada OA dapat berupa latihan gerakan aktif dan menggunakan tahanan/beban yang bertujuan untuk melatih otot sehingga otot menjadi rileks, mencegah terjadinya keterbatasan gerak, menjaga elastisitas otot serta meningkatkan kekuatan otot. Selain itu terapi latihan juga dapat mengurangi nyeri akibat OA, mengurangi komplikasi dan progresivitas penyakit serta meningkatkan kepadatan tulang. Terapi latihan yang diberikan pada penderita OA harus memenuhi kriteria FITT (frequency, intensity, time, type).
Terapi latihan harus bersifat individual dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti usia, penyakit penyerta, dan minat dari penderita. Pada pasien dengan kekuatan otot yang signifikan dan berkurangnya gerakan sendi, tujuan awal dari latihan adalah mengurangi impairment, memperbaiki fungsi dan persiapan untuk aktifitas fisik. Selain itu, dapat pula diberikan Aerobik yang berguna untuk menurunkan berat badan pada penderita OA dengan obesitas/kegemukan.
Latihan yang dianjurkan:
- Latihan aerobik dengan intensitas sedang sampai berat, disarankan secara rutin 30 – 60 menit/hari selama 3-5 hari minggu, dimana aktivitas yang dapat dilakukan seperti jalan pelan, renang dan bersepeda santai. Sedangkan intensitas berat, disarankan seperti 20-60 menit selama 3-5 hari/minggu, seperti jalan cepat, renang cepat dan bersepeda cepat.
- Latihan resistensi bertujuan meningkatkan massa otot dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan 2-3 hari/minggu dengan intensitas sedang – berat dan diulang minimal 6 – 12 kali, setiap sesinya. Contohnya: Straight Leg Test yaitu Duduk tegak, luruskan dan angkat satu tungkai sampai maksimal. Tahan sekitar 10 detik, turunkan, dan ulangi pada tungkai yang lain. Lakukan pengulangan 10 kali.
- Latihan fleksibilitas bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Latihan yang disarankan seperti stretching dapat dilakukan lebih dari 2-3 hari/minggu dengan waktu peregangan 10-30 detik. Pada usia lanjut, durasi peregangan disarankan lebih lama, sekitar 30-60 detik.
- Latihan neuromotor bertujuan untuk melatih kesimbangan, koordinasi dan gaya jalan. Contoh dari latihan ini seperti Tai-chi, dapat dilakukan setiap 20-30 menit/hari, selama 2-3 hari per minggu. Dalam melaksanakan latihan penderita disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter tentang jenis gerakan dan latihan apa yang cocok dengan kondisi penderita saat ini.
Selain terapi latihan, terapi yang dapat diberikan pada penderita OA seperti
- Terapi dingin (fase akut)
- Terapi panas superfisial dan dalam seperti Short wave diathermy, micro wave diathermy, ultrasound diathermy
- Terapi Listrik TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) yang digunakan untuk mengurangi nyeri melalui kerjanya menaikkan ambang rangsang nyeri.
- Ortosis atau alat bantu pada OAdiberikan untuk mengurangi beban sendi, menstabilkan sendi, mengurangi gerakan sendi, memelihara sendi pada fungsi maksimal dan mencegah deformitas.
- Okupasi terapi dengan proper body mechanic yaitu sebisa mungkin menghindari aktifitas seperti duduk di bangku pendek, jongkok/penggunaan WC jongkok, naik turun tangga, mengangkat berat, lari dan lompat.(and)
Sumber :
1. Carter, M., 1995; Penyakit Sendi Degeneratif; in Sylvia, Price and Lorraine, M.Wilson; Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses penyakit; edisi ke-4, penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. www.health.harvard.edu/staying-healthy/exercise-rx-for-overcoming-osteoarthritis
3. Reni HM. 2005. Rehabilitasi Nyeri Pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. Surabaya