dr. Pinky Pradika Sandy
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) atau lebih dikenal dengan Bypass oleh orang awam merupakan salah satu penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan. American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan aterosklerosis (AHA, 2012). Penyakit Jantung Koroner akan mengakibatkan terjadinya plak di arteri coroner. Sementara arteri berfungsi memasok darah yang kaya akan oksigen ke jantung, sehingga dengan adanya plak akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah coroner sehingga aliran darah tidak lancar dan menimbulkan gejala penyakit jantung seperti nyeri dada, dan sesak. Dengan operasai CABG ini, dokter akan membuatkan jalan baru agar darah yang kaya akan oksigen dapat mengalir dengan lancar ke otot jantung. Coronary Artery Bypass Grafting merupakan salah satu metode revaskularisasi penanganan intervensi dari PJK yang secara umum dilakukan pada pasien yang mengalami atherosklerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri koroner atau penyumbatan yang signifikan pada Left Main Artery Coroner (Udjianti 2010). CABG adalah operasi yang paling banyak untuk orang dewasa. Rata-rata usia laki-laki yang menjalani CABG adalah di atas 40 tahun, dan pada wanita di atas 50 tahun.
Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukan CABG antara lain asymptomatic/ mild angina dengan ditemukannya sumbatan pada left main, triple vessel disease, stable angina, unstable/ non-ST elevation MI, ST elevation MI, fungsi ventrikel kiri yang buruk, aritmia ventrikel yang mengancam jiwa, Percutaneus Coronary Intervention (PCI) gagal dan riwayat CABG sebelumnya. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lain untuk pintasan arteri yang menghalangi pesokan darah ke jantung. Pembuluh darah yang sering digunakan adalah arteri mamaria interna, arteri radialis, dan vena safena magna.
Menurut (Pierce A. et al, 2006) kontraindikasi CABG diantaranya :
- Sumbatan pada arteri < 70%. Sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi akan menjadi sia-sia.
- Tidak ada gejala angina.
- Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.
- Fungsi ventrikel kiri jelek (kurang dari 30 %).
PERSIAPAN SEBELUM PROSES CABG
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dokter akan menanyakan mengenai gejala yang diderita dan melakukan pemeriksaan jantung paru.
- Pemeriksaan Darah
Hal ini wajib dilakukan sebelum menjalani proses operasi apapun untuk mengetahui adanya kelainan pada darah.
- EKG (Electrocardiogram)Pemeriksaan ini akan menunjukkan seberapa kuat jantung berdetak dan keteraturan ritme, apakah stabil atau tidak. Tanda-tanda mengenai serangan jantung sebelum dan saat terjadi, bisa terlihat melalui EKG. Terutama bagi pasien penyakit jantung koroner (PJK), EKG juga bisa digunakan untuk memeriksa jika terdapat kerusakan pada jantung.
- Uji LatihJantung (Cardiac Stress Test)
Pasien akan disuruh beralri untuk membuat jantung bekerja keras dan berdetak cepat, sementara pada saat bersamaan tes EKG dilakukan.
- Ekokardiografi
Melalui tes ini, dokter bisa mengetahui ukuran dan bentuk jantung pasien, termasuk kondisi bilik dan katup serta dapat menunjukkan otot jantung mana yang tidak normal dan mengetahui tingkat penurunan alirah darah ke jantung.
- Angiografi koroner dan kateterisasi jantung
Tes yang menggunakan pewarna khusus dan sinar-X untuk menunjukkan bagian dalam pembuluh darah jantung. Untuk memasukkan pewarna ke dalam pembuluh darah, dokter akan menggunakan prosedur yang disebut kateterisasi jantung. Prosedur ini dilakukan untuk membantu dokter menemukan penyumbatan yang bisa menyebabkan serangan jantung.
TEKNIK CABG
Ada 2 teknik yang digunakan pada operasi CABG yaitu :
- On-Pump Coroanary Artery Bypass
Tindakan CABG yang menggunakan mesin Cardio Pulmonary Bypass (CPB. Mesin ini meminimalkan perdarahan saat operasi berlangsung, dan perfusi jantung dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
- Off-Pump Coronary Artery Bypass (OPCAB)
Tindakan CABG tanpa menggunakan mesin CPB. Teknik ini masih jarang digunakan karena merupakan Teknik yang baru. Teknik ini mempunyai tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah. Namun bukan berarti teknik ini lebih baik.
TEKNIK CABG
Ada 2 teknik yang digunakan pada operasi CABG yaitu :
- On-Pump Coroanary Artery Bypass
Tindakan CABG yang menggunakan mesin Cardio Pulmonary Bypass (CPB. Mesin ini meminimalkan perdarahan saat operasi berlangsung, dan perfusi jantung dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
- Off-Pump Coronary Artery Bypass (OPCAB)
Tindakan CABG tanpa menggunakan mesin CPB. Teknik ini masih jarang digunakan karena merupakan Teknik yang baru. Teknik ini mempunyai tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah. Namun bukan berarti teknik ini lebih baik.
KOMPLIKASI CABG
Adapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi, antara lain :
- Komplikasi kardiovaskuler meliputi disritmia, penurunan curah jantung dan hipotensi persisten.
- Komplikasi hematologi meliputi perdarahan dan pembekuan.
- Komplikasi ginjal dapat terjadi gagal ginjal ketika terjadi penurunan curah jantung.
- Komplikasi paru termasuk atelektasis, pneumoni, edem pulmo, hemothorax/pneumothorax.
- Komplikasi neurologi dapat muncul sangat jelas termasuk stroke dan encephalopathy, delirium, cerebrovascular accident.
- Disfungsi gastrointestinal seperti stress ulcer, ileus paralitik.
- Rapid Restenosis Graft (dalam waktu 6 bulan) atau vena graft colap.
TINDAKAN PASCA OPERASI CABG
Hal yang sangat penting pada tindakan CABG adalah penanganan kondisi pasien pascabedah. Setelah operasi, pasien biasanya ditempatkan pada ruang ICU agar dapat dipantau dengan ketat fungsi jantung dan tanda-tanda vitalnya selama 1-2 hari. Hampir 25% pasien dapat mengalami gangguan ritme jantung dalam 3 atau 4 hari setelah operasi bypass jantung dan dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Sekitar 5% pasien membutuhkan perhatian ketat dalam 24 jam karena risiko perdarahan setelah operasi. Setelah keluar dari RS, pasien wajib melakukan kontrol rutin dan minum obat teratur serta mengikuti advice dari dokter.(pps)
TINDAKAN PASCA OPERASI CABG
Hal yang sangat penting pada tindakan CABG adalah penanganan kondisi pasien pascabedah. Setelah operasi, pasien biasanya ditempatkan pada ruang ICU agar dapat dipantau dengan ketat fungsi jantung dan tanda-tanda vitalnya selama 1-2 hari. Hampir 25% pasien dapat mengalami gangguan ritme jantung dalam 3 atau 4 hari setelah operasi bypass jantung dan dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Sekitar 5% pasien membutuhkan perhatian ketat dalam 24 jam karena risiko perdarahan setelah operasi. Setelah keluar dari RS, pasien wajib melakukan kontrol rutin dan minum obat teratur serta mengikuti advice dari dokter.(pps)