Ketika pekerjaan kantor, tugas kuliah, kewajiban di rumah, dan side job ini ibarat lagu Banda Neira “Yang patah tumbuh, yang hilang berganti” alias gak ada habis-habisnya! Eh tapi kok setelah di kerjain semua, rasanya masih belum produktif juga ya? Hm, waspai tanda-tanda burnout ya teman teman!
dr. Eka Sp.KJ
Istilah “burnout” diciptakan pada tahun 1970-an oleh seorang psikolog Amerika, Herbert Freudenberger. Menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan konsekuensi dari stres berkepanjangan dan ekspektasi yang tinggi dalam sebuat profesi atau pekerjaan. Burnout adalah kelelahan emosional, mental dan fisik yang disebabkan oleh stres yang berlebihan dan berkepanjangan. Kondisi ini dapat terjadi akibat seseorang merasa kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan terus-menerus, ekspektasi dan kenyataan menyelesaikan pekerjaan yang tidak berjalan sesuai yang dibayangkan. Stres berkepanjangan akibat masalah pekerjaan juga bisa terjadi ketika seseorang merasa kewalahan dengan pekerjaan yang terus-menerus datang, tetapi seseorang tersebut tidak dapat memenuhinya. Burnout dapat membuat seseorang merasa kecewa, tidak berdaya dan lelah atas hasil pekerjaannya sendiri. Ketika sesorang mengalami burnout masalah tampaknya tidak dapat diatasi dan sulit mengumpulkan energi, minat atau motivasi untuk peduli apalagi melakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. Perasaan tidak bahagia dan jenuh akibat burnout tentunya dapat mempengaruhi pekerjaan, hubungan sosial dengan orang disekitar hingga kesehatan. Maka dari itu, sebelum kondisi ini terjadi pada kita atau bahkan orang-orang disekitar kita, yuk kenali lebih dahulu bagaimana sih tanda-tanda seseorang mengalami burnout?.
Istilah “burnout” diciptakan pada tahun 1970-an oleh seorang psikolog Amerika, Herbert Freudenberger. Menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan konsekuensi dari stres berkepanjangan dan ekspektasi yang tinggi dalam sebuat profesi atau pekerjaan. Burnout adalah kelelahan emosional, mental dan fisik yang disebabkan oleh stres yang berlebihan dan berkepanjangan. Kondisi ini dapat terjadi akibat seseorang merasa kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan terus-menerus, ekspektasi dan kenyataan menyelesaikan pekerjaan yang tidak berjalan sesuai yang dibayangkan. Stres berkepanjangan akibat masalah pekerjaan juga bisa terjadi ketika seseorang merasa kewalahan dengan pekerjaan yang terus-menerus datang, tetapi seseorang tersebut tidak dapat memenuhinya. Burnout dapat membuat seseorang merasa kecewa, tidak berdaya dan lelah atas hasil pekerjaannya sendiri. Ketika sesorang mengalami burnout masalah tampaknya tidak dapat diatasi dan sulit mengumpulkan energi, minat atau motivasi untuk peduli apalagi melakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. Perasaan tidak bahagia dan jenuh akibat burnout tentunya dapat mempengaruhi pekerjaan, hubungan sosial dengan orang disekitar hingga kesehatan. Maka dari itu, sebelum kondisi ini terjadi pada kita atau bahkan orang-orang disekitar kita, yuk kenali lebih dahulu bagaimana sih tanda-tanda seseorang mengalami burnout?.
Keadaan burnout dapat diawali ketika seseorang merasa bahwa pekerjaannya akan selalu berakhir dengan buruk dan apapun pekerjaan yang dilakukan tidak memberikan perbedaan yang berarti atau bahkan merasa tidak dihargai. Keadaan burnout oleh karena pekerjaan justru dapat membuat seseorang menjadi tidak produktif karena seseorang tersebut cenderung menghindari dan tidak memiliki motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan, akibat tidak ingin merasa kecewa bila ia tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai ekspektasi yang diinginkan lingkungan. Burnout mungkin merupakan hasil dari stres yang berkepanjangan, tetapi keadaan ini tidak dapat disamakan dengan stres biasa. Stres, pada umumnya, melibatkan terlalu banyak tekanan yang menuntut secara fisik dan psikologis. Namun, orang yang mengalami stres masih dapat membayangkan jika mereka bisa mengendalikan semua pekerjaaanya, maka mereka akan merasa lebih baik. Burnout, di sisi lain, adalah perasaan “tidak cukup” terhadap diri sendiri. Burnout dapat membuat orang merasa kosong dan tidak termotivasi. Orang yang mengalami burnout sering tidak melihat harapan perubahan positif dalam situasi pekerjaan mereka.
Dalam banyak kasus, burnout memang berasal dari pekerjaan. Tetapi siapapun sebenarnya memiliki resiko yang sama untuk mengalami burnout. Mulai dari pekerja kantoran yang bekerja kera, tidak pernah berlibur atau mendapat kenaikan gaji dalam dua tahun hingga ibu rumah tangga yang kelelahan yang berjuang dengan tanggung jawab berat untuk mengasuh tiga anak. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kejadian burnout, termasuk gaya hidup dan kepribadian tertentu, seperti kepribadian perfeksionis.
Untuk menghindari dari terjadinya burnout tentunya kita harus mengenali warning sign atau tanda bahaya mula terjadinya burnout. Tanda fisik seseroang mengalami burnout seperti perasaan lelah terus menerus, menurunnya imun tubuh sehingga orang tersebut menjadi mudah sakit, sakit kepala atau nyeri otot yang terjadi terus menerus, hingga perubahan pola makan dan tidur. Burnout juga mempengaruhi emosional seseorang. Ketika mengalami burnout orang tersebut dapat dengan mudah meragukan dirinya sendiri dan merasa gagal, merasa tidak berdaya, merasa tersisihkan dan tidak mendapat dukungan serta tidak memiliki kepuasan terhadap achievement yang diperoleh. Perilaku seseorang yang mengalami burnout justru cenderung menghindar dari tanggung jawab, proscatinating, menggunakan makanan hingga alkohol sebagai mekanisme pertahanan diri, sering bolos atau terlambat kerja hingga selalu berusaha pergi lebih awal dari tempat kerja. Lantas, apasih perbedaan burnout dengan depresi?
Menurut InformedHealth.org dalam salah satu bukunya yang di publlikasi secara digital pada jurnal PubMed mengatakan bahwa beberapa gejala spesifik pada burnout memang merupakan bagian dari gejala awal depresi. Seperti perasaan mudah lelah, selalu merasa tidak berdaya dan menurunnya performa kerja. Namun pada kejadian burnout umumnya akan ada kaitannya dengan beban pekerjaan, baik itu dalam pekerjaan kantoran maupun rumah tangga. Namun depresi merupakan suatu pikiran dan perasaan negatif yang tidak hanya bersangkutan dengan pekerjaan, tetapi pada semua aspek kehidupan. Mulai dari hubungannya dengan keluarga hingga lingkungan sosial. Pada kondisi depresi justru menyebabkan perasaan yang lebih ekstrem sehingga cenderung ada keinginan seseorang tersebut untuk mengakhiri hidupnya. Seseorang yang mengalami burnout tidak selalu pasti berakhir dalam keadaan depresi, namun kondisi ini dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi.
Bila kita telah mengenali tanda dan gejala dari terjadinya burnout, tentunya kita ingin mencegah hal tersebut terjadi. So, take steps to get your life back into balance. Mulailah dari hal sederhana seperti meditasi atau berolahraga ringan setelah bangun tidur. Buatlah batasan, dan jangan terlalu memaksakan diri. Pelajari cara mengatakan “tidak” pada permintaan pekerjaan yang memang tidak dapat dikerjakan. Berikan waktu kepada diri sendiri untuk benar – benar “beristirahat” dari smartphone, sosial media hingga email. Melakukan dan membuat sesuatu yang kreatif merupakan salah satu antidote dari burnout. Tedapat pepatah yang mengatakan “more work, less creativity”. Namun bukan artinya kita harus melupakan tanggung jawab pekerjaan untuk menjadi kreatif. Pekerjaan yang sama dan dilakukan berulang-ulang secara terus menerus akan membuahkan kejenuhan, hal tersebutlah yang akan menumpulkan kreatifitas dan memicu terjadinya burnout akibat kejenuhan. Maka dari itu, luangkanklah waktu dari pekerjaan untuk tetap mengasah kreatifitas dan memberikan tantangan kepada diri sendiri untuk melakukan suatu hal yang baru dan menarik.
Ketika seseorang sudah mengalami burnout maka tidak ada salahnya untuk “slow down”. Berikanlah waktu kepada diri sendiri untuk beristirahat, memulihkan diri dan bersiap-siap untuk kembali. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari keluarga, orang terdekat hingga bantuan professional. Lakulanlah evaluasi dan set prioritas terhadap tujuan dan mimpi yang ingin dicapai. Buatlah tujuan yang disertai dengan tindakan yang tepat dan selalu ingat don’t be too hard with yourself.(and)