dr. Dewa Budiyasa, Sp.PD
Paru-paru basah bukanlah hal asing lagi yang sering diperbincangkan dimasyarakat. Apakah paru-paru basah berkaitan dengan kondisi seringnya berkeringat pada kedua tangan, atau keadaan kedua paru yang memang lembab? Yuk untuk jelasnya kita simak apasih paru-paru basah itu, apakah bahaya atau bisa menular??
Paru-paru basah dalam bahasa medis disebut sebagai pneumonia. Pneumonia merupakan suatu keadaan peradangan akibat infeksi di paru-paru. Peradangan ini dapat menimbulkan cairan atau nanah pada gelembung udara yang ada disalah satu paru atau kedua paru, sehingga pasien dengan pneumonia cenderung mengalami sesak napas. Penyebab pneumonia itu sendiri yaitu jamur, virus dan bakteri. Salah satu virus yang dapat menyebabkan pneumonia yaitu SARS-CoV-2 yang menyebabkan covid-19. Sementara jenis bakteri yang umum menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia. Pneumonia sendiri kadang berdampingan dengan infeksi paru lainnya, seperti tuberculosis paru. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur bahkan lebih jarang. Pneumonia oleh karena jamur terutama dapat terjadi jika sistem kekebalan tubuh sangat lemah, misalnya pada penderita AIDS. Penularan pneumonia itu sendiri dari udara (droplet).
Risiko terkena pneumonia sangat tinggi pada bayi dan orang tua (di atas 65 tahun). Sistem kekebalan yang melemah, misalnya karena diabetes, masalah ginjal atau kanker. Penyakit paru-paru seperti asma, penyakit jantung, kebiasaan merokok dan infeksi virus tertentu seperti flu (influenza) dapat membuat orang lebih rentan terhadap pneumonia.
Gejala pneumonia cukup bervariasi. Namun, umumnya pneumonia ditandai dengan batuk berdahak, demam, menggigil, sesak napas, nyeri dada ketika bernapas atau batuk, mual dan muntah, nafsu makan menghilang, serta tubuh yang mudah lelah. Gejala tersebut tidak selalu semua terjadi dan tidak pada waktu yang sama. Khususnya anak-anak dan orang tua mungkin tidak menunjukkan beberapa gejala, atau gejala lain yang kurang khas seperti diare, sakit perut atau lemas. Mendiagnosis suatu pneumonia dapat berdasarkan gejala khasnya. Dalam pemeriksaan fisik dokter akan mendengarkan suara paru-paru. Penunjang lainnya dapat dilakukan seperti rontgen dada untuk melihat area dan luas peradangan yang terjadi. Selain hal tersebut, pemeriksaan darah juga dilakukan untuk melihat proses infeksi yang sudah terjadi.
Pada pengobatan pneumonia yang dominan oleh karena infeksi bakteri, diberikan terapi antibiotik. Antibiotik yang tepat tergantung pada jenis bakteri. Terapi pneumonia dapat berlangsung sekitar 5 hingga 7 hari. Antibiotik dapat dikonsumsi dalam bentuk tablet atau sirup. Tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan risiko komplikasi. Jika dirasa pneumonia sudah berat maka akan diberikan antibiotik melalui pembuluh darah. Selain fokus pada pemberian antibiotik terapi oksigen juga terkadang diberikan pada pasien dengan kadar oksigen yang rendah. Tambahan steroid juga diberikan pada beberapa kondisi pasien dengan pneumonia.
Pencegahan pneumonia yang dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan secara teratur, menghindari kontak erat dengan orang yang sedang mengalami sakit pada pernafasan, dan juga dapat dengan menggunakan masker. Vaksinasi juga direkomendasikan untuk orang yang memiliki peningkatan risiko pneumonia atau komplikasinya. Misalnya, anak-anak dapat divaksinasi terhadap bakteri Haemophilus influenzae dan pneumokokus. Vaksinasi flu dan pneumokokus juga cocok untuk orang yang berusia di atas 60 tahun.
Jadi, paru-paru basah atau pneumonia ini merupakan suatu penyakit peradangan pada paru yang dapat menular dan tentunya harus diterapi tepat untuk meminimalisir komplikasi yang dapat terjadi.(win)
Sumber :
American Lung Association. https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/pneumonia/learn-about-pneumonia.
Diakses pada Juli 2022.
Journal of Hospital Medicine. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23184866/.
Diakses pada Juli 2022 .
World Health Organization (2021). Pneumonia.
Diakses pada Juli 2022.
Pneumonia: Overview (2021). Institute for quality and efficiency in health care. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525774/
Diakses pada Juli 2022