dr. Indriyani, Sp.KJ

Gangguan bipolar atau yang sering disebut dengan gangguan manik depresi adalah gangguan mental yang ditandai oleh adanya fluktuasi mood yang esktrim. Penderita pada gangguan ini bisa merasa sangat bahagia (euforia) kemudian berubah sangat sedih (depresi berat) dan diperantai oleh periode mood yang normal (Sonne dkk, 2002).

  Gangguan Bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang terjadi hampi 2-4% dari populasi. Berdasarkan data World Health Organization di tahun 2017, ada sekitar 45 juta orang di seluruh dunia yang menderita gangguan bipolar. Biasanya dimulai antara usia 15 sampai 19 tahun dan jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Pada laki- laki dan perempuan mempunyai kemungkinan sama untuk terkena gangguan bipolar. Anak-anak juga dapat mengalami gangguan bipolar, penyakit ini biasanya berlangsung seumur hidup. Gangguan Bipolar sering mengalami kekambuhan dan menimbulkan banyak dampak yang berat bagi pasien, keluarga dan masyarakat (Miller dkk, 2008). Kekambuhan yang sering terjadi ini akan menganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan dan bahkan meningkatkan risiko bunuh diri (Amir et al., 2012).

Penyebab Gangguan Bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti (Jiwo, 2012). Namun ada tiga hal yang diduga menjadi penyebab Gangguan Bipolar. Pertama adalah faktor genetik. Data keluarga menunjukkan bahwa apabila dari salah satu orang
tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25
persen mewarisi gangguan mood. Jika kedua orang tua terkena bipolar, risiko ini
berpengaruh besar terhadap anaknya (Kaplan & Sadock’s, 2015). Kedua adalah faktor biokimia dimana ada tiga neurotransmiter yaitu norepinefrin , dopamin dan serotonin yang terlibat dalam patofisiologi gangguan mood. Dopamin adalah salah satu dari banyak neurotransmiter yang berpengaruh dan berkaitan langsung pada mood pasien dengan Gangguan Bipolar. Penurunan dopamin akan menyebabkan terjadinya episode depresi, sedangkan peningkatan dopamin akan menyebabkan terjadinya episode manik (Kaplan & Sadock’s,2015). Manik dan depresi juga dikaitkan dengan kadar serotonin yang  rendah. Ketiga adalah faktor lingkungan dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi seseorang itu terkena Gangguan Bipolar.

Gejala dasar yang ditemui pada pasien dengan Gangguan Bipolar ada 2, yaitu episode manik dan episode depresi (Sadock. 2010; Hooley et al. 2018).

  1. Episode Manik

Pada episode manik ini, seseorang biasanya mengalami mood yang sangat senang, antara lain :

  • Memiliki kepercayaan diri berlebih
  • Berkurangnya kebutuhan akan tidur
  • Banyak dan cepat bicara
  • Lompatan gagasan atau pikiran
  • Perhatian mudah teralihkan
  • Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
  • Meningkatkan aktivitas sehari-hari (sosial, seksual, pekerjaan, sekolah)
  • Melakukan tindakan sembrono (menghamburkan uang dan berpakaian mencolok)
  • Episode Depresi

Pada episode depresi ini, adapun gejalanya yaitu :

  • Tampak mood depresif
  • Kehilangan minat atau rasa senang
  • Menurun atau meningkatkan berat badan dan nafsu makan
  • Sulit atau banyak tidur
  • Kelelahan atau berkurangnya tenaga
  • Menurunnya harga diri
  • Persaan merasa bersalah yang berlebih
  • Putus asa dan merasa tidak berharga
  • Ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
  • Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

        Untuk menangani Gangguan Bipolar diperlukan konsultasi ke psikiater. Penanganan Gangguan Bipolar dapat dilakukan dengan cara psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Psikoterapi dilakukan dengan melakukan konseling untuk menggali penyebab munculnya gangguan mood tersebut dan mengedukasi cara mengatasi perubahan mood dari dalam diri sendiri. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi frekuensi munculnya gejala, membantu penderita dapat kembali beraktivitas dan mengurangi risiko keparahan gejala yang muncul. Obat-obatan dapat diberikan sesuai dengan gejala yang menonjol saat gangguan ini terjadi. Biasanya pasien akan diberikan obat untuk menjaga mood (mood stabilizer). Apabila muncul gejala depresi, dokter juga akan memberikan obat anti depresan. Hal ini juga membutuhkan dukungan dari keluarga untuk memantau kondisi pasien dan memberikan semangat agar pasien bisa sembuh, minum obat teratur dan kontrol rutin ke psikiater.(faw)

Sumber:

Amir N. (2012). Tata Laksana Gangguan Bipolar, Episode Manik, Fase Akut. Dalam: Kumpulan Makalah Konferensi Nasional I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 1-6

Jill M Hooley, et al. 2018. Psikologi Abnormal edisi 17. Jakarta : Salemba
Humanika

Jiwo, T., 2012. Gangguan jiwa bipolar: Panduan bagi pasien, keluarga dan
teman dekat. Purworejo: Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita
Gangguan Jiwa

Miller IW, Keitner GI, Ryan CE, Uebelacker, Jhonson SL, Solomon DA. Family treatment for bipolar disorder: family impairtment by treatment interactions. J Clin Psychiatry. 2008; 69(5):732-40.

Sadock, B.J., and Sadock, V.A., 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Sadock, B. J., and Sadock, V. A., 2015. Kaplan And Sadock’s Synopsis Of
Psychiatry Eleventh Edition. Wolters Kluwer.

Sonne SC, Pharmd, Brady KT. Bipolar disorder and alcoholism. Alcohol Research & Health. 2002; 26(2):103-8.

WHO (World Health Organization). 2017. Mental Disorder. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/. Diakses tanggal 5 Juli 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">HTML</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

Hi, How Can We Help You?
icon call center
Home Care
081337313044
icon call center
Call Center
(0361) 954573
icon call center
On Call/Alarm Center
081390249270