dr. Dwija, Sp.B

Apendisitis atau peradangan pada usus buntu merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan tersering yang memerlukan tindakan operasi. Gejala khas usus buntu ini terbilang mudah dikenali sehingga dapat ditangani lebih dini dan berujung pada angka kesembuhan yang lebih baik. Namun demikian, pada kelompok masyarakat tertentu, seperti anak-anak dan orang tua, seringkali menunjukkan gejala yang tidak khas. Kondisi ini mengakibatkan penanganannya menjadi lebih sulit.

Gejala utama yang ditimbulkan akibat peradangan pada usus buntu adalah nyeri perut pada bagian 1/3 kanan bawah. Pada fase awal peradangan usus buntu, pasien dapat mengeluhkan nyeri pada bagian pusar seperti pada saat sakit maag. Seiring dengan memberatnya proses peradangan pada usus buntu nyeri akan berpindah ke bagian perut kanan bawah. Keluhan lain yang dirasakan pasien ialah demam, nyeri atau kesulitan saat buang air kecil, perut kembung, muntah, sulit BAB atau dapat pula diare.

Peradangan pada usus buntu yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi berupa:

  1. Pecah apendiks. Usus buntu yang meradang jika dibiarkan saja dapat menjadi pecah dan menyebabkan peradangan menjalar ke seluruh bagian perut. Ini merupakan suatu kondisi gawat darurat yang bahkan dapat menyebabkan kematian.
  2. Terbentuk kantung nanah di dalam perut. Jika infeksi yang luas ke seluruh bagian perut dapat dicegah oleh sistem kekebalan tubuh maka akan terbentuk kantung nanah di dalam perut atau abses. Nanah yang terbentuk harus dikeluarkan untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih luas.

Diagnosis peradangan pada usus buntu dapat ditegakan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik khas untuk peradangan usus buntu, dan pemeriksaan penunjang berupa USG dan CT-scan perut. Adapun pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk mengetahui jumlah sel darah putih yang menunjukan ada tidaknya infeksi bakteri. Alvarado score digunakan untuk menentukan derajat peradangan usus buntu sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat dalam penanganan kasus.

Pasien dengan kecurigaan tinggi mengalami peradangan usus buntu sebaiknya dirawat inap untuk mendapatkan terapi antibiotik, istirahat total, cairan intravena, dipuasakan dan dilakukan tindakan operasi. Saat ini, terdapat dua metode operasi pada kasus peradangan, yaitu open appendectomy dan laparoscopic appendectomy. Masing-masing metode ini memiliki keuntungan tersendiri dan masih menjadi perdebatan di kalangan dokter bedah. Konsultasi dengan dokter bedah sebaiknya dilakukan oleh setiap pasien untuk mendapatkan hasil luaran yang lebih baik.(dod)

Sumber:

  1. Ishikawa H. Diagnosis and Treatment of Acute Appendicitis. JMAJ. 2003; 46(5): 217-21
  2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Depkes RI; 2010
  3. Sjamsuhidajat R, Jong DW. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 2011
  4. Sander MA. Apendisitis Akut: Bagaimana Seharusnya Dokter Umum dan Perawat Dapat Mengenali Tanda dan gejala Lebih Dini Penyakit Ini?. Ejounal UMM. 2011; 2(1): 16
  5. Datuan WA. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis Operasi Apendisitis Akut Pasien Dewasa dan Geriatri di RS Bethesda Yogyakarta tahun 2015 (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma; 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">HTML</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

Hi, How Can We Help You?
icon call center
Home Care
081337313044
icon call center
Call Center
(0361) 954573
icon call center
On Call/Alarm Center
081390249270